- Penindasan sewenang-wenang bangsa Belanda terhadap penduduk Maluku pada zaman VOC itu menimbulkan kecemasan umum dengan adanya hak ekstirpasi, monopoli perdagangan, pelayaran dera, pembunuhan, penculikan, dan lain-lain merupakan bencana besar bagi penduduk Maluku.
- Rakyat tidak puas terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh gubernur Maluku, karena rakyat diwajibkan menyediakan perahu untuk keperluan pemerintah, padahal pada zaman pemerintah Inggris sudah ditiadakan. Selain itu rakyat juga masih dikenakan rodi.
- Monopoli perdagangan yang telah dihapuskan diberlakukan lagi oleh Belanda. Meletusnya perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda, waktu terjadi penolakan Residen van den Berg atas tuntutan rakyat mengenai harga perahu yang sudah dipesan dibayar lebih murah dari harga yang ditetapkan semula.
Dalam
perjuangan melawan Belanda, rakyat Maluku memilih Pattimura sebagai
pemimpinnya. Ternyata Pattimura merupakan seorang pemimpin yang berani
dan tangguh dalam mengatur siasat perang. Mengingat wilayah Maluku
terdiri dari pulau-pulau, maka Pattimura merencanakan untuk mengumpulkan
perahu guna mengangkut pasukannya. Dalam penyerangannya terhadap
benteng Belanda nanti (Benteng Duurstede) sekaligus direncanakan untuk
membunuh penghuni beserta orang-orangnya yang dianggap berkhianat.
Serangan
pertama terhadap Belanda dilancarkan pada malam hari tanggal 15 Mei
1817. Serangan ini berhasil dengan dibakarnya perahu-perahu pos di Porto
(pelabuhan). Sesudah itu mereka berbondong-bondong mengepung Benteng
Duurstede. Keesokan harinya , benteng tersebut diserang dan berhasil
direbutnya. Pada saat itu, Residen van den Berg beserta keluarga dan
pengawalnya yang sedang berada di benteng tersebut berhasil dibunuh.
Dengan demikian rencana Pattimura seperti yang diharapkan semula dapat
berhasil.
Untuk membalas
serangan dan merebut Benteng Duurstede, pada tanggal 19 Mei 1817 Belanda
mendatangkan bantuan dari Ambon ke Haruku. Bantuan yang didatangkan itu
berkekuatan 200 orang prajurit dan di bawah pimpinan seorang mayor.
Mereka memusatkan pertahanannya di Benteng Zeelandia. Raja-raja di
Maluku sudah mengerahkan rakyatnya untuk menyerang Benteng Zeelandia.
Belanda menerobos kepungan rakyat dan meneruskan perjalanannya ke
Saparua. Terjadilah pertempuran yang sengit di Saparua. Dalam
pertempuran ini, Belanda banyak menderita kerugian besar, karena banyak
tentara Belanda yang tewas termasuk pemimpinnya. Dengan demikian, pihak
Pattimura dapat menguasai Duurstede, berarti kemenangan ada di pihak
Pattimura. Dalam mempertahankan Benteng Duurstede ini, Matulessey
dibantu oleh beberapa orang raja, antara lain Paulus Tiahahu beserta
putrinya yang bernama Christina Martha Tiahahu, sehingga menyulitkan
bagi Belanda untuk merebut kembali Benteng Duurstede.
Kemenangan yang gemilang ini menambah semangat juang rakyat Maluku, sehingga perlawanan
terhadap Belanda meluas ke daerah-daerah lain, seperti di Hitu, Seram,
dan lain-lain. Perlawanan terhadap Belanda di Hitu ditangani oleh
Ulupaha (berusia 80 tahun), tetapi masih mempunyai daya juang yang
gigih. Karena pengkhianatan oleh bangsa sendiri, Ulupaha terdesak dan
ditangkap oleh Belanda.
Pada bulan Juli
1817, Belanda mendatangkan bantuan berupa kapal perang yang
diperlengkapi dengan meriam-meriam. Benteng Duurstede yang diduduki
pasukan Pattimura itu terus menerus dihujani oleh meriam-meriam yang
ditembakkan dari laut. Dengan demikian, Benteng Duurstede dapat diebut
kembali oleh Belanda (tahun 1817). Meskipun demikian, perlawanan belum
dapat dikatakan berakhir. Pasukan Pattimura masih melanjutkan
perlawanannya dengan mempergunakan siasat perang gerilya.

No comments:
Post a Comment